Search This Blog

Saturday, October 27, 2012

27 Oktober 2012; “Hanya saja, caranya belum tepat.”



     Ya, pagi tadi, setelah saya sarapan, bersiap-siap, dan memasukkan barang-barang saya yang tadinya berserakan ke dalam tas ransel saya, oom saya mengajak saya untuk bersegera turun ke lantai dasar rumahnya, karena beliau akan mengantar saya ke terminal Lebak Bulus dimana saya akan memulai peralanan panjang saya kembali ke Jatinangor setelah merayakan Idul Adha bersama keluarga—walaupun Ibu dan Bapak saya sedang tidak bisa datang dari rumah kami di Makassar kali ini.

                Jarak Bintaro-Lebak Bulus memang tidak bisa ditempuh dengan waktu yang relatif cepat, namun di perjalanan, banyak hal baru yang saya ketahui—thanks to my unbelieveable kind uncle. Setiap ada bangunan baru atau jalanan baru, beliau pasti berkomentar dan menceritakan kapan mulai dibangunnya, mengapa dibangun, bahkan sampai perusahaan apa yang akan menempatinnya. Semua beliau ceritakan dengan amat detail.

                Akhirnya, sampailah kami di dekat pintu masuk terminal Lebak Bulus, namun entah mengapa, oom yang sedang mengemudi ini terlihat tidak menginjak rem, ia hanya menepi, lewat sudah pintu keluar angkot-angkot, dan ia terus maju, dan akhirnya sampailah di dekat mesjid terminal Lebak Bulus, dan ia berkata, “Kan kamu harus beli tiket dulu kan di sini?”. Saya hanya tersenyum dan berkata, “Ngga perlu sih, oom,” lalu sambil turun saya melanjutkan, “Ya sudah, sampai sini saja ya oom, makasih banyak,” dan saya akhiri dengan salim. “Oh oke mas, tadi oom kira kamu harus beli tiket dulu, maaf deh ya, selamat jalan ya hati hati,” begitu salam perpisahan beliau yang tepat pada saat itu pula sebuah bus Prima Jasa bertuliskan Tasik-LB. Bulus melintas di sebelah saya. Dan sesaat setelah itu, oom saya mulai meninggalkan saya yang masih tersenyum.

Ya, benar, seharusnya saya naik bus Prima Jasa Tasik-LB. Bulus itu. Dan sesaat setan sempat membisiki hati saya untuk kesal pada oom saya yang tidak tau bahwa dengan saya turun di pintu masuknya akan lebih mudah untuk bisa naik bus yang baru saja lewat, namun tidak sampai satu menit, alhamdulillah saya sudah bisa tersenyum lagi. Ya, beliau sudah sangat, sangat baik pada saya, dan tindakan beliau yang ingin mengantarkan saya lebih dekat dengan penjualan tiket itu pun adalah niatan baik yang luar biasa, hanya saja, caranya yang belum tepat. :’)

Sering teman, sahabat, kerabat, keluarga, atau bahkan orang tua kita sendiri yang sudah mau berbuat sebaik mungkin, memberikan yang terbaik untuk kita, namun hanya karena caranya salah, kita jadi kesal dan merasa mereka hanya menyulitkan kita saja karena tidak mengerti yang kita inginkan.

Ayolah kawan, kalian pikir semua orang di dunia ini mau berbuat sebaik itu pada kalian? Kalian pikir semua orang menyayangi kalian selayaknya keluarga kalian? Atau kalian pikir ada orang yang lebih besar perjuangannya dalam membuktikan cinta kasihnya pada kalian daripada orang tua kalian sendiri? Saya pikir tidak. Jadi mulai sekarang, berhentilah memandang perbuatan orang lain, sekecil apapun itu sebagai hal yang menyulitkan kalian, biasakan berprasangka baik, biasakan mencari hal baik yang mungkin tersembunyi dibalik segala kejadian yang terjadi di dunia ini, karena semua yang terjadi di dunia ini pasti baik. Why? Because semua kejadian di dunia ini sudah diatur oleh Yang Maha Baik. :)

Selamat mencari dan menerbarkan kebaikan, kawan ;)

"Biasakan mencari hal baik yang mungkin tersembunyi dibalik segala kejadian yang terjadi di dunia ini, karena semua yang terjadi di dunia ini pasti baik."

4 comments:

  1. gak tau kenapa ini nyambung loh kang sama apa yang saya alami, dan baru 'ngeh' aja ternyata saya suka kesel2 gak jelas, makasih kang, keep writing:)

    ReplyDelete
  2. kang, i'm waitin your post by the way hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. maap yak,
      pengen sih cepet cepet post, tapi entah kenapa blum ada waktu buat nulis -_- #soksibuk

      Delete