Ya, pagi tadi, setelah saya sarapan, bersiap-siap, dan memasukkan barang-barang saya yang tadinya berserakan ke dalam tas ransel saya, oom saya mengajak saya untuk bersegera turun ke lantai dasar rumahnya, karena beliau akan mengantar saya ke terminal Lebak Bulus dimana saya akan memulai peralanan panjang saya kembali ke Jatinangor setelah merayakan Idul Adha bersama keluarga—walaupun Ibu dan Bapak saya sedang tidak bisa datang dari rumah kami di Makassar kali ini.
Jarak Bintaro-Lebak
Bulus memang tidak bisa ditempuh dengan waktu yang relatif cepat, namun di
perjalanan, banyak hal baru yang saya ketahui—thanks to my unbelieveable kind
uncle. Setiap ada bangunan baru atau jalanan baru, beliau pasti berkomentar dan
menceritakan kapan mulai dibangunnya, mengapa dibangun, bahkan sampai perusahaan
apa yang akan menempatinnya. Semua beliau ceritakan dengan amat detail.
Akhirnya,
sampailah kami di dekat pintu masuk terminal Lebak Bulus, namun entah mengapa,
oom yang sedang mengemudi ini terlihat tidak menginjak rem, ia hanya menepi,
lewat sudah pintu keluar angkot-angkot, dan ia terus maju, dan akhirnya
sampailah di dekat mesjid terminal Lebak Bulus, dan ia berkata, “Kan kamu harus
beli tiket dulu kan di sini?”. Saya hanya tersenyum dan berkata, “Ngga perlu
sih, oom,” lalu sambil turun saya melanjutkan, “Ya sudah, sampai sini saja ya
oom, makasih banyak,” dan saya akhiri dengan salim. “Oh oke mas, tadi oom kira
kamu harus beli tiket dulu, maaf deh ya, selamat jalan ya hati hati,” begitu
salam perpisahan beliau yang tepat pada saat itu pula sebuah bus Prima Jasa bertuliskan
Tasik-LB. Bulus melintas di sebelah saya. Dan sesaat setelah itu, oom saya
mulai meninggalkan saya yang masih tersenyum.
Ya, benar, seharusnya saya naik bus Prima Jasa
Tasik-LB. Bulus itu. Dan sesaat setan sempat membisiki hati saya untuk kesal
pada oom saya yang tidak tau bahwa dengan saya turun di pintu masuknya akan
lebih mudah untuk bisa naik bus yang baru saja lewat, namun tidak sampai satu
menit, alhamdulillah saya sudah bisa tersenyum lagi. Ya, beliau sudah sangat,
sangat baik pada saya, dan tindakan beliau yang ingin mengantarkan saya lebih
dekat dengan penjualan tiket itu pun adalah niatan baik yang luar biasa, hanya
saja, caranya yang belum tepat. :’)
Sering teman, sahabat, kerabat, keluarga, atau
bahkan orang tua kita sendiri yang sudah mau berbuat sebaik mungkin, memberikan
yang terbaik untuk kita, namun hanya karena caranya salah, kita jadi kesal dan
merasa mereka hanya menyulitkan kita saja karena tidak mengerti yang kita
inginkan.
Ayolah kawan, kalian pikir semua orang di dunia ini
mau berbuat sebaik itu pada kalian? Kalian pikir semua orang menyayangi kalian
selayaknya keluarga kalian? Atau kalian pikir ada orang yang lebih besar
perjuangannya dalam membuktikan cinta kasihnya pada kalian daripada orang tua
kalian sendiri? Saya pikir tidak. Jadi mulai sekarang, berhentilah memandang
perbuatan orang lain, sekecil apapun itu sebagai hal yang menyulitkan kalian,
biasakan berprasangka baik, biasakan mencari hal baik yang mungkin tersembunyi
dibalik segala kejadian yang terjadi di dunia ini, karena semua yang terjadi di
dunia ini pasti baik. Why? Because semua kejadian di dunia ini sudah diatur
oleh Yang Maha Baik. :)
Selamat mencari dan menerbarkan kebaikan, kawan ;)
"Biasakan mencari hal baik yang mungkin tersembunyi dibalik segala kejadian yang terjadi di dunia ini, karena semua yang terjadi di dunia ini pasti baik."
gak tau kenapa ini nyambung loh kang sama apa yang saya alami, dan baru 'ngeh' aja ternyata saya suka kesel2 gak jelas, makasih kang, keep writing:)
ReplyDeleteWell, smoga bermanfaat :)
Deletekang, i'm waitin your post by the way hehe
ReplyDeletemaap yak,
Deletepengen sih cepet cepet post, tapi entah kenapa blum ada waktu buat nulis -_- #soksibuk