Search This Blog

Saturday, October 2, 2010

Seorang Anak Aneh-Gila-Edan dan Keripik Pisangnya


Sebentar, sebentar... Ini bukan kisah fiksi ataupin dongeng loh ya. Sebuah kisah nyata yang cukup mencengangkan—khususnya buat saya sendiri—dan mungkin kamu bisa ngambil beberapa pelajaran yang ada di dalam cerita yang sebenarnya tentang adik kelas saya ini. Yuk mari marii sambil minum susu, atau sambil minum kopi, apalagi minum kopi susu, mari disimak kisahnyaaa... :D
Semalem, saya diajak main PC video game sama teman-teman satu asrama. Mungkin ada yang tau game Warcraft III dengan map DoTA? Nah itu yang rencananya kamu mainkan bersama pada malam itu. Namun kalau dipikir-pikir pada saat ingin mulai bermain, tidak ada salahnya jika kami juga mengajak adik-adik kelas kami yang kebetulan di lantai satu dan juga suka main DoTA. Akhirnya, teman saya—sebut saja Fancez—turun ke bawah karna kamar kami di lantai tiga untuk memanggil dua adik kelas kami, Rafles dan Malik. Tidak lama mereka naik ke lantai tiga tempat kamar kami dan masuk ke kamar saya sementara Famcez pun mempersiapkan laptopnya untuk digunakan bermain bersama di kamar saya.
Nah, si Malik ini seperti biasa membawa cemilan khas Lampung yaitu Keripik Pisang. Sesuai dengan judulnya, pemilik keripik pisang ini, Malik, anaknya aneh, gila, dan juga edan!! Tanpa ragu-ragu saya mulai buka satu bungkus kripik pisangnya. Kali ini tidak ada rasa lain selain rasa manis, keju, dan mocca. Ya sudah sebagai pecinta keju kubuka bungkus keripik pisang yang rasa keju. Memang enak. Akhirnya 4 bungkus kripik pisang yang Malik bawa menemani kami main sampai 4 match. Saya satu tim dengan fahmi dan si Malik satu tim dengan Rafles.
Tetapi ini yang sebenarnya ingin saya ceritakan, saat kami sedang bermain, iseng iseng saya tanya ke Malik, "Eh, kau ini punya usaha kripik pisang gini satu bungkus dijual berapa?"
"8500 rupiah kalo tidak salah kak," jawab Malik. Dan saat itu pula saya merasa, benar saja paling juga ini usaha sampingan ibunya untuk menunjang hidup mereka sekeluarga dan pasti anak ini tergolong sederhana keluarganya. Setidaknya walaupun begitu tetap berkecukupan—jelas lah sekolah di SMA D**W**R** setidaknya alhamdulillah menengah ke atas.
Lalu kulanjutkan pertanyaanku sekedar basa-basi biar ngga tegang main gamenya, "Trus emang ini biasanya di distribusiin kemana aja? Kalo beli kiloan brapa?"
"Paling juga ke beberapa toko oleh-oleh ato ngga toko-toko biasa gitu kak. Nah kalo sekilo biasanya 30 ribu."
"Wah lumayan ya," komentar saya. Dan sudahlah saya pikir mungkin industri rumah tangga apalagi ini hanya pisang omsetnya juga ngga mungkin lebih dari 5 juta perhari. "Trus akhir-akhir ini gimana perkembangan usaha ibumu ini? Banyak yang laris?" tanyaku lagi.
Nah ini dia yang mencengangkan buat saya. Saya langsung menoleh ke arah Malik ketika dia menjawab pertanyaan saya yang baru saja saya lontarkan dengan santai, "Ya kak? Kalo pas lebaran kemarin lumayan kak, ada toko yang tiap dua hari minta dipasok 2 truk. Padahal harganya lumayan kan?"
Mataku langsung membelalak dan mulutku pun menganga. "2 truk tiap 2 hari!!!" Itu membuatku tercengang sedangkan Malik dengan mata sipitnya masih melihat ke arah saya dengan sangat santai sementara Rafles dan Fancez masih saja sibuk dengan game. "Lah kalo begitu kira-kira sehari produksi brapa dong waktu lebaran kemarin?" tanyaku sambil masih tetap terlihat amat-sangat-kaget-sekali-banget.
"Ummm, mungkin sekitar kurang lebih 2 ton kak kalo lagi banyak banget ordernya," jawab Malik sambil kembali menoleh pada laptopnya.
Oh . My . God . Aaaaaaaaaaaaaaa!!! 2 ton perhariii!!! Setelah itu saya mulai mencongak menghitung 2 ton sama dengan 2000 kilo. Satu kilo sama dengan 30 000. Berarti perharinya 60 jutaaa!!! Subhanallah!!! Ampun deeeeehhh!!! Berarti paling kurang pun sehari ngga mungkin lebih sedikit dari 20 jutaaaa!!! Masya Allah!!!
Akhirnya dengan mulai tenang saya lanjut main...
Begitulah. Kisah si Malik dengan Keripik Pisang 60 juta perharinya.Hebat bukan? Maka dari itu pepatah "Jangan Menilai Sebuah Buku dari Sampulnya" rasanya ingin saya rombak lagi menjadi "Jangan Menilai Sebuah Buku dari Sampul, Kata Pengantar, Sinopsis, Pendahuluan dan Bab 1 nya saja. Bacalah sampai habis baru kau bisa menilainya." J

Oke itu saja post kali ini, semoga bermanfaat, dan bagi yang sedang menikmati susu ataupun kopi saat membaca ini, jangan lupa dihabiskan. J

Nikmati hidup ini, seperti menikmati kopi dan susu. Karena tidak selamanya dunia ini pahit dan tidak selamanya juga dunia ini manis dan enak. Sampai jumpa lain waktuuu :D